- Sementara aku tidak lagi mampu berpuisi. Sementara aku tidak lagi mampu bermimpi. Segala suara sudah mendesis gusi tanpa gigi. Tak mungkin bisa mengguris kata memahat dihati. Tak mungkin bisa menggarap bagasa membawa erti. Maka layaklah aku mencari pusara untuk lena menyendiri. Berpestalah kalian sementara anak anak pribumi menggigit jari. Mungkinkah jadi demikian suara beta kalau sudah dihujung hari.
 - Mungkinkah demikian bicara rasa kalau sudah melampau mengulum sepi. Namun janganlah engkau berkata apa apa pada siapa jua nanti. Kalau esok dari tanah pusara sana berguling guling melenting lenting. Batu batu pipis dan bulat melayang melompat lincah mencari sasaran. Kerana itulah kelak tandanya aku dan sahabat sahabat sedang meronta. tidak mahu selesa lena diulit mimpi dalam peraduan dipusara sana.
 - Maka wahai siapa siapa dimana mana. Hanyutkanlah suara ini diarus sungai. Semuga ada aur tempat ia akan tersangkut. Barangkali ada tebing tempat ia akan tersadai. Mudah mudahan ada tanah sempat ia tompang meresap. Mengadun membakar mengeras memejal menjadi batu. Memancang bumi menjadi tugu penanda jiwa purba. Manalah tahu esok menjadi tapak untuk bangkit jua. Meneruskan kembara mencari pintu syurga. Buat memancang batu asas mendirikan semula. Sebuah negeri sebuah negara bangsa beraja
 
Pondering over education
                      -
                    
 
*“Education is the most powerful weapon which you can use to change the 
world.” *
*— Nelson Mandela*  
This statement reminds us that education is no...
3 jam yang lalu

Tiada ulasan:
Catat Ulasan